jambinow.com – Kementerian Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) mencatat luas areal persawahan di NTB berkurang hingga lebih dari 20.000 hektar. Hal ini juga mempengaruhi areal panen padi karena banyak lahan pertanian yang telah dikonversi. Luas panen padi terus menurun selama lima tahun terakhir. Sebelumnya, panen padi tahun 2018 mencapai 289.242,59 hektar, sekarang menjadi 269.
827,26 hektar pada tahun 2022. “Penurunan luas lahan ini karena alih fungsi lahan. Oleh karena itu, setiap kabupaten/kota harus memiliki peraturan daerah tentang pertanahan untuk Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B),” kata Gani, Rabu (2/11). Ia menjelaskan, lahan pertanian berkelanjutan untuk pangan atau sering disingkat LP2B adalah lahan pertanian yang harus dilindungi dan dikembangkan. Kemudian soal konsisten memproduksi pangan pokok untuk swasembada, ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
“Kami berharap pemerintah kabupaten/kota memiliki peraturan daerah (perda) tentang LP2B,” jelasnya. 1.317.189,81 ton bertambah hingga 1456.923 ton pada tahun 2022. Sedangkan dalam bentuk beras pada tahun 2020 sebanyak 832.859,1 ton meningkat menjadi 921.212,2 ton pada tahun ini.
“Artinya kualitas produksi padi semakin meningkat. Baik dengan mengganggu pola tanam maupun dengan memilih bibit padi yang baik. Kami terus mendorong para pembina ini untuk memberikan edukasi di bidang pertanian,” jelasnya. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) NTB menemukan luas panen padi pada tahun 2022 menurun 6,38 ribu hektar dibandingkan pada tahun 2021. Penurunan luas panen ini disebabkan adanya perubahan puncak panen padi pada tahun 2022 dibandingkan dengan tahun 2021.
Menurut Kepala BPS NTB Wahyudin (dpi) “Total luas panen padi tahun 2022 diperkirakan mencapai 269.83.000 hektar, hingga turun sekitar 6,38.000 hektar atau 2,31 persen dibandingkan luas panen padi tahun 2021 yang sebesar 276,21.000 hektar,”